1998, adalah suatu masa yang tak mungkin dapat kulupakan. Betapa tidak,
pada masa itu, selain jatuhnya kekuasaan Presiden Soeharto disusul
dengan terjadinya krisis moneter yang teramat memukuI perasaan banyak
orang. Dan aku, mungkin salah satu dari sekian banyak orang yang
terpaksa harus menerima akibat buruknya. Ya ... pada waktu itu, aku
terkena pemberhentian hubungan kerja dari perusahaan yang selama ini
menjadi gantungan hidup dari kehidupanku.
Sejak itu, jadilah aku seorang pengangguran. Tak ada lagi bisa
kulakukan, selain berjalan kesana-kemari untuk mencari lowongan
pekerjaan.Aku sudah bertekad
untuk menerima segala jenis pekerjaan, asalkan halal dan dapat menutupi sekadar makan, minum dan membayar sewa kos kamar.
Hampir sebulan, alih-aIih bisa berbicara dengan personalia, di depan pintu masuk, sudah tertulis Tidak Ada Lowongan!
Aku benar-benar mulai kalut. Ketika malam, untuk melepaskan pepat, maka,
aku pun duduk di pinggir jalan di ujung gang bersama-sama dengan
beberapa pemuda yang bernasib sama.
Cerita mistis misteri kisah nyata terjebak hasrat birahi jin wanita cantik
Tamat SMA, tetapi belum juga mendapatkan pekerjaan. Kami saling
menceritakan pengalaman pahitnya kehidupan, sementara, beberapa yang
baru kembali sehabis mengamen di bus-bus kota, datang dengan membawa
minuman keras murahan. Anggur Merah Cap Orang Tua. Dengan perasaan
was-was, aku pun mulai merasakan panasnya minuman Anggur Merah. Sejak
itu, tiap malam, aku pasti ada di tengah-tengah mereka.
Menjelang bulan ketiga, HP-ku pun berdering. Walau tak mengenal
nomornya, dengan perasaan malas aku pun menerimanya; “Halo...,” kataku.
“Imran, apa kabar, kalau ada waktu, sekarang juga datang ke toko .. ya,” demikian suara dari seberang sana.
“Siapa nih?” Tanyaku penasaran.
“Gua, Fikri, banyak yang mau gua omongin. Cepet dateng ya,” kata Fikri dengan penuh harap.
“Oke ... agak siang. Maklum macet, dah lama gak ngerasain makanan enak,”
kataku mulai gembira. Aku Iangsung beranjak mandi sambil
berandai-andai, mungkinkah Fikri akan memberi pekerjaan?
Singkat kata, dalam pertemuan yang hangat, Fikri, teman sekelas waktu
SMA, langsung menawarkan pekerjaan sebagai penjaga toko barang antik
miliknya yang baru yang ada di Jawa Tengah. Tanpa berlama-lama, aku pun
langsung mengangguk tanda setuju. “Kapan gua mulai kerja, dan bagaimana
caranya nentuin harga masing-masing barang?” Tanyaku pada Fikri.Fikri
tertawa sambil menggelenggelengkan kepala.
‘Ternyata, dari dulu, yang namanya Anto gak pernah berubah. Selalu cepat
mengambil kesempatan,” kata Fikri sambil menyerahkan map berisi
berbagai catatan tentang harga barang-barang yang ada di toko barunya
itu, “selain gaji, lu dapet sepuluh persen komisi dari tiap yang
kejual,” tambahnya.
“Oke ... trus kapan gua berangkat?” Desakku.
“Besok boleh, paling lambat lusa,” jawab Fikni sambil menyerahkan amplop berisi uang untuk biaya perjalanan sahabatnya itu,
“Kita ketemuan di sana aja, nanti gua kenalin dulu ama yang kerja di
toko lain. Biar banyak temen,” sambungnya sambil pamit kembali ke toko
dan selanjutnya berangkat dengan menggunakan pesawat.Malamnya, Anto
langsung mentraktir teman-temannya yang biasa nongkrong di pinggir gang.
Malam perpisahan.
Hari terus berganti. Tak terasa, kehidupanku pun mulai berubah. Kini,
aku lebih menyelami dan mendalami berbagai sejarah yang berkaitan dengan
berbagai barang antik yang ada di toko milik Fikri. Dari sekian banyak
barang yang ada, tetapi, entah kenapa, aku begitu kagum dengan gambar
seorang putri berpayung yang tergambar pada guci kuno yang konon Fikri
dapatkan dari salah seorang keturunan pemiliknya yang mukim di
Kalimantan yang baru dibelinya siang tadi. Sudah barang tentu, ia
membelinya dengan harga yang cukup tinggi.
Buktirya, harga untuk guci tersebut dibanderol dengan harga sekitar Rp 100 juta. Suatu harga yang fantastis...
“Mungkinkah ada kolektor yang membelinya?” Pertanyaan itu terus saja berputar-putar dalam benakku.
Malamnya, kebetulan malam Jumat, entah kenapa, sekali ini mataku sulit
untuk dipejamkan. Anganku selalu saja terpaku pada gambar wanita cantik
di guci kuno yang tadi kubersihkan. Hingga akhirnya, aku pun
tertidur....
Cerita mistis misteri berhubungan badan dengan jin penunggu barang antik
Entah pada malam keberapa, aku bermimpi bertemu, berkenalan dan
selanjutnya bercumbu dengan wanita yang wajahnya amat mirip dengan
gambar wanita yang ada di guci kuno tersebut. Paginya, selain seprei
yang berantakan, pada bagian depan CD-ku terasa ada sesuatu yang telah
mengering. Walau tak ada yang tahu, dengan muka merah karena malu, aku
hanya berkata; “Ah ... ternyata cuma mimpi.”
Anehnya, sejak itu, hampir tiap malam aku merasakan mimpi yang sama.
Perlahan tetapi pasti, berat badanku pun mulai menurun, sementara,
beberapa barang dapat terjual dengan hanga yang luar biasa tinggi. Di
atas yang ditentukan oleh Fikri. Ketika hal itu kuberitahukan, dengan
perasaan riang, Fikri pun menyahut; Makanya, gua gak salah pilih kan?”
Agaknya, karena selalu merasakan hanya dalam mimpi, sore itu, menjelang
mandi, aku pun bengumam setengah merutuk; “Enaknya cewek itu wujud,
bukan ngimpi doang.”
Malamnya, setelah makan di warung, Anto pun kembali untuk tidur di kamarnya yang terletak di belakang.
Belum lagi ia sempat mengganti celananya dengan kain sarung, terdengar
ketukan halus di pintu dan seseoraang memanggil namanya. Sesaat Anto
terdiam. Namun, seiring dengan bau wewangian yang menerobos hidungnya,
tanpa banyak cakap, Ia pun membukakan pintu kamar.
“Hai ... akhirnya, keinginan ini terkabul”, bisik hatinya riang ketika
melihat ada sebentuk tubuh berkulit putih dan wajah cantik menguarkan
senyum berdiri di depannya.
Bagai telah saling kenal, keduanya pun langsung berpelukan dengan hangat
bahkan panas. Kini tak lagi sekadar pelukan, dengan ganas, Anto
mendaratkan kecupan di bibir wanita yang belum sempat memperkenalkan
dirinya itu. bahkan sesekali tangan dan Iidahnya dengan liar
mempermainkan puncak sepasang gunung kembar wanita itu.
Tak ada kata yang terucap dari mulut keduanya, kecuali desahan dan
erangan kenikmatan. Seiring dengan lolongan panjang anjing milik
tetangga yang terasa menyayat dan berkepanjangan, Anto bagai lupa diri,
Ia terus memacu wanita itu dengan ganas, seolah penunggang kuda yang
memacu kudanya melewati bebatuan gunung gemunung yang terjal. Ia baru
berhenti, ketika lahar panas di puncak gunung itu memuntahkan lahar
panasnya.Kini, keduanya terdiam dengan senyum kepuasan.
Esoknya, toko benar-benar ramai. Anto. sempat kewalahan melayani pembeli
yang datang membludak. Di antara para pembeli, ada seorang kakek
berjenggot yang terus saja memperhatikan dirinya. “Jangan diteruskan
anak muda. Selain bibitmu habis, engkau bisa masuk ke alamnya dan tak
mungkin bisa ditolong oleh siapa pun,” gumam sang kakek ketika mendekati
dirinya.
Tubuh Anto sontak menggigil. Ia tidak mengerti, jika apa yang
dilakukannya sekarang ini adalah ulah jin penunggu guci kuno itu. Sambil
menangis, Anto pun berkata dengan menghiba; “Tolong saya Kakek.”
“Baik ... nanti malam, silakan datang ke rumahku,” kata Si kakek sambil menyebutkan alamat rumahnya.
usai menutup toko tanpa berlama-lama, Anto pun Iangsung berangkat ke
rumah Si kakek. Sesampainya di sana, sang kakek pun menceritakan apa
yang dialami oleh Anto selama ini. Tak ada sanggahan, semuanya benar’
Ternyata, ubo rampe berupa kembang dan jajanan pasar tujuh rupa, tumpeng
robyong, ingkung ayam dan beragam jenis buah-buahan, makanan dan
minuman, tampaknya memang telah disediakan dan sudah tertata rapi di
dalam kamar khusus sang kakek.
Mulanya, penunggu gaib guci kuno itu enggan untuk melepaskan Anto dengan
alasan, ia begitu mencintainya. Sementara, sang kakek mengingatakan
bahwa alam kehidupan keduanya berbeda. Pertarungan pun sempat terjadi
walau hanya sesaat.
sumber: http://kisahmisteri-indonesia.blogspot.com/2017/07/TerJerat-Birahi-Siluma-Penunggu-Guci-Antik.html